Di Kota Cang An, hiduplah seorang peramal yang terkenal seantero negeri. Ramalannya tidak pernah meleset sedikit pun. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang selalu mengikuti ke mana pun ia pergi.
Suatu hari, peramal tersebut menangis tersedu-sedu. Orang-orang pun bertanya padanya, "Mengapa engkau menangis wahai peramal?".
Sang peramal, sambil terisak-isak menjawab: "Karena menurut ramalanku, anakku ini akan mati tujuh hari lagi".
Tujuh hari pun berlalu, dan ternyata anak laki-lakinya tetap segar bugar. Sang peramal pun gusar, dia takut jika reputasinya hancur. Tanpa pikir panjang ia segera pergi ke dapur, mengambil pisau, lalu menusuk anaknya, dan tentu saja anaknya mati.
Sesudah itu, ia membawa mayat anaknya ke depan umum. Orang-orang pun memujinya, "Ramalan Anda memang benar-benar tepat dan tidak diragukan lagi!” Peramal itu pun tersenyum dengan tatapan kosong.
No comments:
Post a Comment