Suatu hari, seorang murid Guru Zen mengeluh kepada Sang Guru atas kelakuan kakak seperguruannya.
"Guru, aku mulai tidak suka akan kelakuan kakak seperguruan. Ketika berbicara, dia selalu membicarakan kejelekan orang lain. Bukankah hal itu tidak sepatutnya dilakukan oleh seorang murid Buddha?"
Mendengar keluhan muridnya itu, Guru Zen tersenyum dan menyuruhnya untuk bermeditasi mengamati batinnya.
Keesokan harinya, murid tersebut menghampiri Guru Zen.
"Guru, sewaktu meditasi, aku memperhatikan bahwa batinku dipenuhi dengan kebencian. Setelah bermeditasi agak lama akhirnya aku bisa mengendapkan kebencian itu. Namun, setelah kebencian itu mengendap, muncul kebingungan dalam batinku."
Mendengar hal itu, Guru Zen tersenyum dan menyuruhnya untuk melanjutkan meditasinya.
Keesokan harinya, murid tersebut kembali menghampiri Guru Zen.
"Guru, setelah bermeditasi agak lama, aku sudah bisa mengendapkan kebingungan dalam batinku. Setelah kebingungan mengendap, timbul rasa bersalah kepada kakak seperguruanku itu. Akupun menyadari bahwa aku tidak berbeda dengan orang yang kucela. Yang seharusnya aku lakukan adalah memperbaiki diriku sendiri."
Guru Zen berkata, "Bagus. Demikianlah seharusnya kamu harus melatih diri."
"Guru, aku mulai tidak suka akan kelakuan kakak seperguruan. Ketika berbicara, dia selalu membicarakan kejelekan orang lain. Bukankah hal itu tidak sepatutnya dilakukan oleh seorang murid Buddha?"
Mendengar keluhan muridnya itu, Guru Zen tersenyum dan menyuruhnya untuk bermeditasi mengamati batinnya.
Keesokan harinya, murid tersebut menghampiri Guru Zen.
"Guru, sewaktu meditasi, aku memperhatikan bahwa batinku dipenuhi dengan kebencian. Setelah bermeditasi agak lama akhirnya aku bisa mengendapkan kebencian itu. Namun, setelah kebencian itu mengendap, muncul kebingungan dalam batinku."
Mendengar hal itu, Guru Zen tersenyum dan menyuruhnya untuk melanjutkan meditasinya.
Keesokan harinya, murid tersebut kembali menghampiri Guru Zen.
"Guru, setelah bermeditasi agak lama, aku sudah bisa mengendapkan kebingungan dalam batinku. Setelah kebingungan mengendap, timbul rasa bersalah kepada kakak seperguruanku itu. Akupun menyadari bahwa aku tidak berbeda dengan orang yang kucela. Yang seharusnya aku lakukan adalah memperbaiki diriku sendiri."
Guru Zen berkata, "Bagus. Demikianlah seharusnya kamu harus melatih diri."
No comments:
Post a Comment