Suatu ketika, seorang pemuda dari Desa Ta melakukan perjalanan ke Desa Mo di lereng gunung Fan untuk menghadiri pernikahan sepupunya. Di tengah perjalanan, pemuda tersebut terperosok jatuh dari tebing karena kurang berhati-hati. Sewaktu terjatuh ia berhasil meraih akar pohon yang menyembul keluar dan berpegangan padanya sehingga tidak jatuh ke dasar jurang berbatu.
Pemuda itu berusaha memanjat ke atas, namun berkali-kali gagal. Akhirnya ia mulai putus asa dan berteriak minta tolong: “Apakah ada orang di atas? Tolong saya.”
Berkali-kali pemuda itu berteriak namun tetap tidak ada jawaban. Di tengah keputusasaannya, tiba-tiba terdengar suara dari atas: “Akulah dewa penguasa gunung ini. Apa yang engkau kehendaki dariku wahai manusia?”
“Apakah engkau benar-benar dewa penguasa gunung ini? Bisakah engkau menolong saya agar tidak jatuh ke dasar jurang?” tanya pemuda itu.
“Wahai manusia, akulah satu-satunya dewa penguasa gunung ini. Aku tidak akan menolongmu jika engkau masih meragukanku,” jawab pemilik suara.
Pemuda itu berpikir, “Suara itu tampak berwibawa, kelihatannya pemilik suara itu memang benar-benar seorang dewa.”
Pemuda itu akhirnya percaya bahwa suara itu adalah suara dewa.
“Aku percaya padamu wahai dewa. Tolonglah aku,” mohon pemuda itu.
“Jika engkau percaya padaku, engkau harus menuruti setiap perintahku,” balas dewa.
“Baik dewa. Aku akan menuruti setiap perintahmu,” ujar pemuda itu dengan penuh keyakinan.
“Lepaskanlah peganganmu. Kamu tidak akan jatuh karena aku akan membuatmu melayang. Percayalah padaku,” perintah pemilik suara.
Tanpa pikir panjang, pemuda itu melepaskan pegangannya dan langsung jatuh ke dasar jurang. Ternyata suara yang ia dengar adalah suara setan yang ingin mencelakakan manusia, bukan suara dewa.
Tak jauh dari tebing, ada rombongan yang sedang menuju Desa Mo, yang akan melewati jalan yang sama dengan yang dilalui pemuda tersebut.